Bersikap Kritis – Tariq Ramadan adalah salah satu intelektual Muslim kontemporer yang sering kali mengundang perhatian karena pandangannya yang tajam dan berani tentang berbagai isu sosial, agama, dan politik. Sebagai seorang pemikir, pendidik, dan penulis, Ramadan tidak hanya mengajak umat Islam untuk memahami agama dengan cara yang lebih mendalam, tetapi juga mengingatkan kita akan pentingnya bersikap kritis terhadap diri sendiri.
Sikap kritis ini, menurut Ramadan, adalah suatu kebutuhan dalam perjalanan spiritual dan intelektual kita sebagai manusia. Tidak ada yang lebih penting daripada mampu menilai dan memeriksa diri sendiri, untuk memastikan bahwa kita tidak terjebak dalam rutinitas atau dogma yang menghalangi perkembangan pribadi dan pemahaman kita yang lebih luas.
Menilai Diri dalam Konteks Agama
Bagi Tariq Ramadan, sikap kritis terhadap diri sendiri tidak berarti meragukan iman atau keyakinan kita. Sebaliknya, itu adalah cara untuk memperdalam pemahaman dan memperbaiki kualitas kehidupan spiritual. Dalam pandangannya, banyak umat Muslim yang terjebak dalam pemahaman yang dangkal terhadap agama. Mereka hanya mencakup ritual dan kewajiban formal tanpa refleksi lebih dalam tentang nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam.
Ramadan sering mengingatkan bahwa Islam bukan hanya sekadar identitas sosial atau budaya, tetapi sebuah sistem nilai yang memerlukan pemahaman yang jujur dan penuh pertanyaan. Dengan bersikap kritis, kita diajak untuk mempertanyakan tindakan dan motivasi kita, apakah kita benar-benar mengamalkan ajaran agama dengan ikhlas, atau hanya mengikuti tradisi yang sudah mapan tanpa pemahaman yang mendalam.
Menerima Ketidakpastian dan Menumbuhkan Kerendahan Hati
Dalam dunia yang penuh dengan informasi dan pandangan yang saling bertentangan, bersikap kritis juga berarti memiliki kesadaran bahwa kita tidak pernah bisa mengetahui kebenaran secara mutlak. Tariq Ramadan mendorong kita untuk menerima ketidakpastian ini dan menghadapinya dengan kerendahan hati. Menurutnya, sikap rendah hati dan terbuka terhadap kemungkinan baru adalah kunci untuk memperbaiki diri.
Sikap kritis terhadap diri sendiri juga mengarah pada kesadaran akan kelemahan dan keterbatasan kita sebagai individu. Dalam proses ini, kita akan lebih mampu melihat dengan jelas di mana letak kekurangan dan potensi kita, serta bagaimana cara kita bisa terus berkembang.
Membuka Wawasan Melalui Dialog
Bagi Ramadan, salah satu cara terbaik untuk melatih sikap kritis adalah melalui dialog dan diskusi yang terbuka. Ia percaya bahwa dengan berinteraksi dengan orang lain—terutama mereka yang memiliki pandangan yang berbeda—kita bisa lebih memahami dunia dan diri kita sendiri. Melalui komunikasi yang jujur dan saling mendengarkan, kita tidak hanya memperkaya pengetahuan, tetapi juga menumbuhkan sikap saling menghargai dan menghormati.
Sikap kritis yang diajarkan oleh Tariq Ramadan bukanlah untuk menghakimi atau merendahkan orang lain. Melainkan untuk membangun kesadaran diri yang lebih tinggi. Dengan begitu, kita bisa lebih bijak dalam mengambil keputusan dan lebih arif dalam menjalani kehidupan.
Tariq Ramadan mengajarkan kita bahwa bersikap kritis terhadap diri sendiri adalah langkah pertama dalam perjalanan menuju pemahaman yang lebih baik tentang dunia, agama, dan diri kita sendiri. Hal ini tidak hanya penting dalam konteks agama, tetapi juga dalam kehidupan sosial dan intelektual. Efek kita terus menerus bertanya, merenung, dan terbuka terhadap kritik. Tentunya kritik konstruktif, kita akan mampu memperbaiki diri, berkembang, dan menjadi pribadi yang lebih baik.
Sebagai pemikir yang mendalam dan reflektif, Tariq Ramadan menunjukkan bahwa kritik terhadap diri sendiri bukanlah sesuatu yang memecah atau melemahkan. Akan tetapi justru sebuah alat untuk memperkuat integritas dan mengarahkan kita pada kehidupan yang lebih penuh makna. (ad/tokoh/)