Sitor Situmorang: Seorang Sastrawan Sukarnois

Sastrawan Sukarnois – Sitor Situmorang adalah salah satu sastrawan besar Indonesia yang karyanya tak hanya dikenal karena kekuatan bahasa dan imajinasi yang mendalam, tetapi juga karena kedekatannya dengan perjuangan kemerdekaan dan ideologi yang berkembang pada masa itu. Salah satu hal yang mencolok dalam perjalanan hidup dan karya-karyanya adalah keterlibatannya  dengan Soekarno. Dalam banyak hal, Sitor Situmorang bisa dianggap sebagai seorang “Sastrawan Sukarnois”. Ia adalah seorang penulis yang tidak hanya menciptakan karya sastra. Akan tetapi juga memperjuangkan cita-cita bangsa Indonesia yang tercermin dalam semangat dan visi Soekarno.

Sitor Situmorang dan Sosialisme Indonesia

Sitor Situmorang lahir pada 2 Oktober 1923 di Pematang Siantar, Sumatera Utara. Ia tumbuh dalam periode yang penuh gejolak, di mana Indonesia sedang berjuang merebut kemerdekaan dari penjajahan. Pada masa-masa tersebut, peran sastrawan menjadi sangat penting dalam menyuarakan semangat perjuangan dan nasionalisme. Bagi Sitor, sastra bukan hanya sekadar seni untuk seni, tetapi juga alat perjuangan untuk membangkitkan kesadaran sosial dan politik.

Pengaruh Soekarno, dengan ideologi sosialisme yang sangat kuat, terlihat jelas dalam karya-karya Sitor. Soekarno bukan hanya seorang pemimpin negara, tetapi juga seorang pemikir yang menginspirasi banyak sastrawan, termasuk Sitor Situmorang, untuk menulis dengan tujuan yang lebih besar—membentuk karakter bangsa dan memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia. Sosialisme Indonesia yang digagas oleh Soekarno, dengan penekanan pada keadilan sosial dan pembangunan bangsa yang merata, menjadi tema yang sering dijumpai dalam karya-karya Sitor.

Karya-karya Sitor Situmorang yang “Sukarnois”

Karya-karya Sitor Situmorang, terutama di awal kariernya, mencerminkan semangat revolusi dan nasionalisme yang kuat. Salah satu karya yang paling terkenal adalah “Tumpukan Tanah Liat,” yang menggambarkan kehidupan rakyat biasa dan kesulitan yang mereka hadapi dalam menjalani kehidupan di bawah tekanan kolonialisme. Dalam novel ini, Sitor dengan gamblang menggambarkan rasa ketidakadilan sosial yang terjadi di masyarakat, sebuah tema yang sangat dekat dengan pemikiran Soekarno mengenai pembebasan bangsa dan perjuangan kelas.

Selain itu, Sitor juga dikenal melalui puisi-puisinya yang mengandung semangat kebangsaan dan anti-kolonialisme. Dengan menggunakan bahasa yang lugas dan tegas, Sitor menyuarakan perjuangan rakyat Indonesia melawan ketidakadilan dan penindasan. Puisi-puisi seperti “Malam di Selokan”, yang menggambarkan kehidupan keras rakyat kecil, menunjukkan kedekatannya dengan isu-isu sosial yang juga menjadi perhatian utama Soekarno.

Bagi Sitor, sastra adalah sarana untuk mendidik dan menyadarkan masyarakat akan pentingnya kemerdekaan sejati, bukan hanya dalam konteks politik tetapi juga dalam hal keadilan sosial dan hak asasi manusia. Ia sangat mendukung gagasan Soekarno tentang nasionalisme budaya, yang mengedepankan identitas bangsa Indonesia yang unik dan tak terpisahkan dari tanah airnya.

Keterlibatan dalam Perjuangan Sosial dan Politik

Selain lewat karya-karyanya, Sitor Situmorang juga terlibat langsung dalam dunia politik, meskipun tidak selalu sebagai tokoh utama. Ia mendukung berbagai gerakan yang memperjuangkan cita-cita sosialisme, yang sejalan dengan visi Soekarno untuk menciptakan Indonesia yang merdeka secara penuh, tidak hanya dari penjajahan asing tetapi juga dari penindasan sosial. Pada masa Orde Lama, ia turut aktif dalam berbagai organisasi yang berafiliasi dengan gerakan-gerakan kiri dan progresif, yang sering kali di pengaruhi oleh pandangan Soekarno.

Sitor juga terlibat dalam penerbitan dan pembentukan berbagai organisasi seni dan budaya yang berfokus pada perjuangan kemerdekaan dan kemajuan Indonesia. Ia sadar bahwa sastra bukan hanya tentang individu, tetapi juga tentang bagaimana karya sastra dapat menjadi bagian dari gerakan besar untuk membangun bangsa.

Soekarno dan Sitor Situmorang: Ikatan yang Lebih dari Pemimpin dan Rakyat

Soekarno dan Sitor Situmorang memiliki hubungan yang lebih dari sekadar hubungan antara pemimpin negara dan rakyatnya. Keduanya saling memahami pentingnya kesadaran budaya dan intelektual dalam perjuangan kemerdekaan dan pembangunan bangsa. Soekarno sering mengajak para sastrawan untuk turut serta dalam perjuangan, dan Sitor Situmorang adalah salah satu yang paling responsif terhadap panggilan tersebut.

Sitor melihat bahwa Soekarno bukan hanya seorang pemimpin politik. Akan tetapi juga seorang pemikir besar yang mampu menyentuh aspek-aspek filosofis dan ideologis bangsa. Gagasan-gagasan Soekarno tentang Marhaenisme dan Nasakom (Nasionalisme, Agama, dan Komunisme) mempengaruhi banyak sastrawan. Sitor salah satunya. Ia menyusun pemikiran yang lebih matang tentang Indonesia yang lebih adil dan merdeka.

Penutupan: Jejak Sastrawan Sukarnois

Sitor Situmorang adalah contoh nyata dari sastrawan yang berkomitmen pada cita-cita perjuangan bangsa Indonesia. Sebagai seorang “Sastrawan Sukarnois,” ia tidak hanya menghasilkan karya-karya sastra yang mendalam dan menggugah. Akan tetapi juga membuktikan bahwa sastra bisa menjadi alat untuk memperjuangkan keadilan sosial dan kemerdekaan sejati.

Melalui karya-karyanya yang berfokus pada perjuangan rakyat, ketidakadilan sosial, dan nasionalisme. Sitor Situmorang mengingatkan kita bahwa sastra lebih dari sekadar hiburan. Sastra adalah suara dari mereka yang tertindas, serta alat untuk mengubah dan membangun peradaban. Dan dalam perjuangan ini, ia tidak pernah jauh dari perjuangan Soekarno. Perjuangan yang menuntut agar Indonesia menjadi bangsa yang merdeka, adil, dan makmur bagi seluruh rakyatnya. (ad/tokoh/)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *